Syabab.Com - Kebrutalan penguasa Uzbek terhadap kaum Muslim di negeri Imam Bukhari tersebut belum juga berakhir dan tak bisa dimaafkan. Baru-baru ini dikabarkan, Mahmud Abdulkarimov, balita berusia empat tahun, meninggal pada tanggal 27 Januari. Keluarganya termasuk keluarga religius. Beberapa diantara anggota keluarganya telah dipenjara atas tuduhan keanggotaan partai Islam Hizbut Tahrir. Keluarga Mahmud menyebut pihak berwenang Uzbekistan yang telah membunuh anak tersebut dengan menginfeksikan HIV pada dirinya. Nenek anak tersebut, Mukaddam Abdulkarimova yakin bahwa Mahmud sengaja diinfeksikan HIV di rumah sakit no. 4 Tasken ketika dia berusia dua tahun. Dia mengatakan bahwa dirinya harus mengubur anak tersebut pada saat ibunya, Ghuzal, sedang melarikan dirinya, sejak adiknya Dilnoza dipenjara pada tahun 2008 karena mengenakan jilbab dan dugaan keanggotaan Hizbut Tahrir.
Ayah Mahmud, Muhammad, mengatakan bahwa istrinya jauh dari ekstrimisme dan ia hanya ingin hidup sesuai dengan norma agama Islam dan mengajar anak-anaknya.
"Setelah dua kerabatnya, Dilnoza Tuhtahojayeva dan Shahlo Rustamova, dijatuhi hukuman 12 tahun, 18 bulan lalu, pelecehan terhadapa Ghuzal dimulai dan setelah menyadari bahwa dia juga akan dipenjara, dia pergi bersembunyi," kata Muhammad.
Setelah Ghuzal pergi bersembunyi, polisi meminta agar suaminya membuat laporan bulanan ke polisi. Polisi juga berupaya untuk menuntut kepadanya dengan tuduhan ekstrimisme keagamaan.
Nenek anak itu mengatakan bahwa anak tersebut terinfeksi di rumah sakit saat dia berdua berada di bagian penganiayaan polisi atas keluarga mereka.
"Sebuah kantor polisi di Urikzor memberitahu kami ketika kami dipanggil untuk pertanyaan yang dijadwalkan yang cucukku sudah diinfeksi secara sengaja," kata Mukaddam.
"Kami diberitahu bahwa jika kami tidak mengakui keanggotaan Hizbut Tahrir, seluruh keluarga akan diinfeksi HIV," tambahnya lagi.
Dia juga mengatakan bahwa dokter dari rumah sakit no.4 telah menegaskan bahwa mereka telah diperintahkan oleh pihak berwenang untuk menulari anak itu dengan HIV. Dalam rangka menyembunyikan penyebab sesungguhnya atas kematian anak tersebut, dokter mengatakan bahwa anak itu meninggal karena keracunan darah.
Ketika dihubungi oleh media setempat, tak ada seorang pun pihak rumah sakit no.4 menjawab pertanyaan media melalui telepon selama dua hari.
Hanya satu orang dokter mengatakan bahwa dia tidak bisa lagi mentolerir ketidakadilan ini, untuk keselamatan dirinya, ia meminta tak disebutkan namanya. Dokter itu menegaskan bahwa kasus ini bukan satu-satunya kasus tentang menginfeksi anak-anak dengan HIV di rumah sakit ini.
"Bayangkan jika seorang anak dua tahun kena HIV, jika ia dilahirkan dari seorang ibu dan ayah yang sehat? Ya, dia terinfeksi di sini dan dokter mengetahui hal ini. sangat sulit untuk memahami bahwa saya harus bekerja dengan para dokter. Aku merasa kasihan terhada anak itu dan ada banyak anak seperti itu [yang terinfeksi]," kata dokter membenarkan kecurigaan Abdukarimova.
Seorang relawan LSM Uzbek menyatakan bahwa negara miskin pendirian medis tersebut dipersalahkan karena banyak anak-anak tertular HIV di Uzbekistan.
Para ahli memperkirakan bahwa porsi pembawa HIV melebihi 5% dari total jumlah penduduk di dalam negeri. Ini berarti jumlah kasus akan terus tumbuh, kata relawan.
Pihak berwenang di negeri itu mengabaikan fakta bahwa transfusi darah bertanggung jawab atas sebagian besar kasus HIV sekarang, tetapi menyalahkan suntikan pecandu narkoba untuk penyebaran virus.
Selain itu, relawan mengatakan, pihak berwenang telah melarang para dokter dan LSM membahas masalah ini.
Sang Nenek, Muqaddam Abdukarimova mengucapkan selamt tinggal kepada cucunya dengan linangan air matanya, ia seolah ingin mengatakan bahwa seorang anak ingin hidup.
"Dia begitu sakit, begitu tersiksa, demam, mual, sakit perut, dan seluruh tubuhnya ditutupi dengan sesuatu. Atas apa yang telah menghukum anak laki-laki empat tahun ini dalam kesakitan seperti yang dia rasakan. Suatu tempat, aku bahkan menghela nafas lega bahwa penderitaan itu akhirnya selesai. Berapa banyak lagi anak-anak harus mati supaya orang-orang tukang jagal, pada akhirnya mereka puas," katanya dengan bergelimang air mata dari seorang wanita tua tersebut.
Derita tiada akhir di Uzbekistan dan tak ada seorang pun penguasa negeri kaum Muslim yang menolong jeritan saudaranya di Uzbek. Sungguh hanya Khilafah Rasyidah yang akan mengakhiri semua derita Muslim Uzbek. Khilafah pula yang akan mengadili rerim brutal Uzbek. Insya Allah, tidak akan lama lagi. [z/uznews/qv/syabab.com]
Ayah Mahmud, Muhammad, mengatakan bahwa istrinya jauh dari ekstrimisme dan ia hanya ingin hidup sesuai dengan norma agama Islam dan mengajar anak-anaknya.
"Setelah dua kerabatnya, Dilnoza Tuhtahojayeva dan Shahlo Rustamova, dijatuhi hukuman 12 tahun, 18 bulan lalu, pelecehan terhadapa Ghuzal dimulai dan setelah menyadari bahwa dia juga akan dipenjara, dia pergi bersembunyi," kata Muhammad.
Setelah Ghuzal pergi bersembunyi, polisi meminta agar suaminya membuat laporan bulanan ke polisi. Polisi juga berupaya untuk menuntut kepadanya dengan tuduhan ekstrimisme keagamaan.
Nenek anak itu mengatakan bahwa anak tersebut terinfeksi di rumah sakit saat dia berdua berada di bagian penganiayaan polisi atas keluarga mereka.
"Sebuah kantor polisi di Urikzor memberitahu kami ketika kami dipanggil untuk pertanyaan yang dijadwalkan yang cucukku sudah diinfeksi secara sengaja," kata Mukaddam.
"Kami diberitahu bahwa jika kami tidak mengakui keanggotaan Hizbut Tahrir, seluruh keluarga akan diinfeksi HIV," tambahnya lagi.
Dia juga mengatakan bahwa dokter dari rumah sakit no.4 telah menegaskan bahwa mereka telah diperintahkan oleh pihak berwenang untuk menulari anak itu dengan HIV. Dalam rangka menyembunyikan penyebab sesungguhnya atas kematian anak tersebut, dokter mengatakan bahwa anak itu meninggal karena keracunan darah.
Ketika dihubungi oleh media setempat, tak ada seorang pun pihak rumah sakit no.4 menjawab pertanyaan media melalui telepon selama dua hari.
Hanya satu orang dokter mengatakan bahwa dia tidak bisa lagi mentolerir ketidakadilan ini, untuk keselamatan dirinya, ia meminta tak disebutkan namanya. Dokter itu menegaskan bahwa kasus ini bukan satu-satunya kasus tentang menginfeksi anak-anak dengan HIV di rumah sakit ini.
"Bayangkan jika seorang anak dua tahun kena HIV, jika ia dilahirkan dari seorang ibu dan ayah yang sehat? Ya, dia terinfeksi di sini dan dokter mengetahui hal ini. sangat sulit untuk memahami bahwa saya harus bekerja dengan para dokter. Aku merasa kasihan terhada anak itu dan ada banyak anak seperti itu [yang terinfeksi]," kata dokter membenarkan kecurigaan Abdukarimova.
Seorang relawan LSM Uzbek menyatakan bahwa negara miskin pendirian medis tersebut dipersalahkan karena banyak anak-anak tertular HIV di Uzbekistan.
Para ahli memperkirakan bahwa porsi pembawa HIV melebihi 5% dari total jumlah penduduk di dalam negeri. Ini berarti jumlah kasus akan terus tumbuh, kata relawan.
Pihak berwenang di negeri itu mengabaikan fakta bahwa transfusi darah bertanggung jawab atas sebagian besar kasus HIV sekarang, tetapi menyalahkan suntikan pecandu narkoba untuk penyebaran virus.
Selain itu, relawan mengatakan, pihak berwenang telah melarang para dokter dan LSM membahas masalah ini.
Sang Nenek, Muqaddam Abdukarimova mengucapkan selamt tinggal kepada cucunya dengan linangan air matanya, ia seolah ingin mengatakan bahwa seorang anak ingin hidup.
"Dia begitu sakit, begitu tersiksa, demam, mual, sakit perut, dan seluruh tubuhnya ditutupi dengan sesuatu. Atas apa yang telah menghukum anak laki-laki empat tahun ini dalam kesakitan seperti yang dia rasakan. Suatu tempat, aku bahkan menghela nafas lega bahwa penderitaan itu akhirnya selesai. Berapa banyak lagi anak-anak harus mati supaya orang-orang tukang jagal, pada akhirnya mereka puas," katanya dengan bergelimang air mata dari seorang wanita tua tersebut.
Derita tiada akhir di Uzbekistan dan tak ada seorang pun penguasa negeri kaum Muslim yang menolong jeritan saudaranya di Uzbek. Sungguh hanya Khilafah Rasyidah yang akan mengakhiri semua derita Muslim Uzbek. Khilafah pula yang akan mengadili rerim brutal Uzbek. Insya Allah, tidak akan lama lagi. [z/uznews/qv/syabab.com]